Rabu, 13 Juni 2012

Menara Kudus



Sejarah dan Budaya
 
Sejarah berdirinya masjid Menara Kudus, tidak lepas dari peran Sunan Kudus sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana para wali songo yang lainnya, Sunan Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Diantaranya, beliau mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam ditengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Budha. Cara inilah yang diakui oleh banyak kalangan tokoh agama dan budayawan sebagai salah satu kunci sukes dakwah Sunan Kudus  dan  wali songo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara.
Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada masjid Menara Kudus ini. Bangunan menara, sebagai salah satu elemen yang menonjol, mengadopsi model bangunan ibadah umat Hindu dan Budha. Bangunan menara, tersusun dari batu bata dengan bagian kepala menara berbentuk atap tumpang atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru. Dibagian atas menara, diletakkan bedug dan kentongan sebagai pertanda waktu dan even tertentu. Nah, di Kudus dikenal tradisi “dandangan”, sebuah tradisi menandai diawalinya puasa Ramadhan dan pada saat itulah bedug dan kentongan itu dibunyikan.


Detail Menara Kudus

Tidak hanya sampai disitu, dilingkungan masjid Menara Kudus, terdapat gapura yang mirip dengan bangunan candi, yang tersusun dari batu bata tanpa semen, yang merupakan ciri khas candi di Jawa Timur. Ada juga tempat wudlu yang berupa pancuran yang berjumlah delapan dengan arca yang diletakkan diatasnya ( sekarang masih nggak ya .. ? ), konon mengadaptasi dari keyakinan Budha, “Delapan jalan kebenaran” atau “Asta Sanghika Marga”.
Tidak hanya menara, bangunan-bangunan di sekeliling masjid juga banyak yang mirip dengan bangunan candi. Gapura di depan masjid yang tersusun dari batu bata tanpa semen tidak lain merupakan ciri khas candi di Jawa Timur. Ada juga pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.
Menurut sejarah dan tanda – tanda yang terdapat di masjid Menara Kudus, ada keyakinan bahwa masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini dapat diketahui dari enkripsi ( sandi ) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid yang ditulis dalam bahsa Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar